Saat itu ia telah resmi menjadi seorang pelajar SMA. Mungkin ia tak pernah tahu. Atau mungkin tak pernah terbesit sedikitpun dalam pikirannya suatu masalah orang dewasa yang sangat rumit dan membingungkan. Ya, masalah itu, masalah hati. Berat mungkin rasanya untuk menerima kenyataan bahwa dirinya bukanlah lagi seorang ciplis atau precil. Caca sekarang lebih pantas disebut remaja.
"Bulan depan ada acara ulang tahun sekolah kita, kita harus turut memeriahkannya", kata Ardi, Ketua Kelasnya. Caca tidak seberapa suka dengan Ardi, karena menurutnya ia adalah ketua kelas yang payah, kurang bertanggung jawab dalam menjalankan amanahnya.
"Gimana kalo kita buat suatu tarian, tarian kemenangan", kata Anton.
"Kemenangan dengan ulang tahun~ Ya, kemenangan sekolah kita karena sampai saat ini masih berjaya dengan nama yang besar", kata sahabat Anton, yaitu Adi.
Ardi langsung menambahkan, "Bisa juga sebagai doa agar sekolah kita selalu mendapat kemenangan saat ini dan di tahun-tahun selanjutnya". Caca berkata dalam hati, "hmm Ardi itu bijaksana juga ternyata". Ia membenarkan sedikit anggapan sebelumnya, bahwa Ardi tidak terlalu payah.
Cerita dimulai saat ia-Caca dan teman-temannya berlatih tarian kemenangan tersebut. Rencananya, anak laki-laki yang tampil menari sedangkan anak perempuan menyiapkan segala sesuatunya. Di minggu-minggu awal mereka menjalankan dengan penuh semangat. Selanjutnya? Ya, mereka mulai merasa lelah. Tapi tidak dengan Anton, ia tetap semangat, menyemangati teman-temannya yang mulai downdy. Caca merasa tertarik dengan sikap Anton. Ia suka dengan semangat Anton. Ia suka melihat senyumnya saat menari. Mungkin, Caca suka Anton. Pernah suatu hari, Caca belum dijemput oleh mobil antar jemputnya. Lalu Anton menemaninya, membelikannya minum. Caca sangat senang saat itu, mungkin ia tak pernah bisa melupakan kejadian itu. Sepertinya, Caca benar-benar suka dengan Anton.
"Ca, besok aku ajak nonton mau gak?", tanya Ardi sesaat pulang sekolah di kantin
"Em, boleh~ aku juga gak ada acara apa-apa besok", jawab Caca dengan senang, bukan karena Ardi mengajaknya nonton, tapi karena Anton. Anton membuatnya senang tiap hari. Hanya diajak berbincang-bincang sebentar atau sekedar pinjam penghapus, Caca sudah serasa terbang.
"Kamu kok rasanya seneng banget, Ca"
"Iya, aku sebenernya suka sama Anton", jawab Caca. Saat itu, Caca telah bersahabat dengan Ardi karena Ardi sering sekali sms Caca. Ia nyaman dengan Ardi sebagai teman curhat. Maka itu, ia tidak pikir-pikir dulu untuk mengatakan pada Ardi kalo ia suka Anton. Ia juga menerima ajakan Ardi walaupun Ardi sudah mempunyai seorang pacar. Menurutnya, mereka sebatas teman bermain.
Semua yang di atas merupakan cerita semester awal. Semester selanjutnya, Caca bersedih.
"Ca, kamu tau gak, Anton deketin mantannya lagi lho", kata teman sebangkunya.
"Ohya? Terus aku harus gimana dong -_- ".
Ia tidak bisa menerima kenyataan. Ia terus memikirkan Anton. Ia tersadar. Anton tidak hanya baik kepadanya, ia baik ke semua orang. Selama ini, Caca hanya terlalu percaya diri. Itu semua terbukti karena Anton tidak pernah mau maju, tidak pernah sms Caca sekalipun.
Bagaimana dengan Ardi? Ardi masih tetap smsin Caca. Tapi, tidak lama kemudian, ia menghilang. Tidak pernah sms ataupun chat di YM lagi. Setelah Caca amati, ternyata Ardi sekarang dekat dengan anak sekelasnya juga, namanya Riska. Hari demi hari mereka semakin dekat. Caca bukannya merasa kretek (suara hati terbelah jadi dua), hanya saja sedikit kecewa. Mengapa ia tidak bisa melanjutkan persahabatan lagi dengan Ardi? Tapi Caca tidak penah menganggap semua itu sesuatu~ yang serius. Ia malah senang melihat kedekatan Ardi dengan Riska. Ardi suka Riska, Riska juga suka Ardi, mereka cocok. Itulah yang ada dibenak Caca. Melihat orang lagi jatuh cinta itu asik, lucu. Mereka sering sekali duduk sebangku. Ardi yang saat itu baru bisa bermain gitar menunjukkan kebolehannya memainkan gitar, sementara Riska bernyanyi dengan suata merdunya. Suatu malam, Caca asik chattingan dengan Ardi di Facebook.
"Ardi, kamu gak ngerasa kesepian ta~"
"Emang kenapa, Ca?
"Gapapa, kamu gak mau natakin anak itu ta? Aku tau kamu suka anak itu, dia juga kayanya suka sama kamu, ndang Di~"
"Siapa seh, aku nggak tau yang kamu maksut"
Ardi sudah putus dengan pacarnya, sudah 3 bulan-an, maka itu Caca menyindir kesepiannya itu. Caca tidak mengatakan langsung anak yang disukai Ardi, tapi Ardi bilang kalau ia tidak tahu siapa yang dimaksud. Caca tahu kalau Ardi hanya pura-pura tidak tau.
Tidak terasa mereka menginjak kelas 2 SMA. Ardi sering sms Caca lagi. Caca senang. Di rumah, Ardi selalu menjadi teman smsnya, membuatnya sedikit tidak kesepian. Walaupun pada kenyataannya, di kelas, Ardi lebih dekat dengan Riska. Lama lama... Caca merasa bahwa Ardi memperhatikan dirinya, ia menyuruhnya tidak berkata tidak baik, ia menyuruhnya melepas gelang kakinya, dan Caca tahu semua itu demi kebaikannya walaupun sulit untuk menuruti nasehatnya. Sepertinya, Caca suka Ardi sekarang, lebih tepatnya suka perhatiannya. Mungkin karena semua itu, Caca sering galau sekarang.
"Kenapa kamu deketin aku? Kenapa aku suka kamu? Kenapa kamu buat aku suka kamu? Kenapa kamu selalu terbangin aku? Semua salahmu kalau aku suka kamu. Aku ga bakalan suka sama kamu kalau kamu gak smsin sama terbangin aku terus!"
"Why did you make me fly the beginning? Then made me fall without a plan to catch me. Make me hit the ground with crash without look back at me in pain!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar